SAYA

Andai saya seorang musisi.
Pastilah tercipta ribuan senandung roman atas kesaksian saya dengan adanya maujud keindahan anda.

Andai saya seorang puitika.
Pastilah terbang ribuan syai'r erros bersayap kasih atas keanggunan ciptaan Tuhan yang tersakralkan di dalam liuk tubuh anda.

Tetapi,
Sungguh saya hanyalah seorang fakir.
Tak punya daya pun upaya untuk menciptakan ungkapan rangkaian kata-kata.
Karena anda tak sanggup terwakilkan dalam kamus kosakata-bahasa manusia.

Karena,
Sungguh saya hanyalah seorang fakir.
Tiada waktu saya miliki lebih.
Ada pun sisa hanya untuk mengemis takdir.
Mengemis garis kehidupan.
Kepada Tuhan.
Agar mempertemukan kita di satu kisah saja,
Yang menceritakan bahwa kita adalah dua hati yang enggan bertegur harap dalam janji.
Bahwa kita adalah dua rasa yang telah lama mati.
Bahwa kita adalah satu harapan yang memesan akan hadirnya hari kebangkitan.

Tetapi,
Bilamana kapan hari itu akan datang.
Tuhan hanya membangkitkan jasad yang telah mati.
Bukan rasa yang telah mati.
Bukan hati yang benar-benar telah lama sepi sendiri sunyi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

Hilangnya Kabut Manusia