Menguncup Mengembang Layu Gugur

Udara pagi menyesakkan hati.
Menuju siang, matahari panas menyerang.
Langit gelap, seharusnya mereka sudah terlelap.

Tetapi tidak dengan ku. Aku terjaga di saat orang-orang berbicara dengan Tuhan mereka. Aku juga punya. Hanya saja kadang lupa merasa bahwa aku hanya dimiliki bukan seorang yang memiliki.

Orang berkunjung ke pura membawa tiga batang dupa
Pendeta datang menemui dewa membawa semangkuk susu penuh selera
Anak setan memanggil bapak melalui nyanyian matan tarian kapak
Tokoh agama memakai peci dan sorban seakan mereka siap suci jihad berkorban

Orang datang menemui ketenangan batin dengan jalannya masing-masing.
Apakah ada yang salah ? Mengapa milik ku yang paling benar tetapi milikmu yang paling tenar ?
Mungkin kita di tipu oleh beberapa oknum yang menemukan gagasan Tuhan dan bahwasanya ini adalah hal yang baik dan itu salah satu cara menuju kebaikan.
Ini seperti cerita anak sekolah yang ketika itu kelasnya mendapatkan pr lima soal fisika di salah satu lembar buku pelajaran. Satu kelas tidak ada yang bisa mengerjakan. Yang paling pintar tidak mau mengerjakan karena pasti berakhir dengan jawaban di salin satu kelas. Akhirnya anak tadi mengerjakan kelima soal tersebut dengan jawaban yang lumayan panjang tanpa memakai rumus dan hitungan yang logis. Dia berpikir lebih baik aku mengerjakan walaupun salah dari pada tidak sama sekali. Tugas selesai dan seketika itu pula anak satu kelas menyalin jawaban itu di buku nya masing-masing. Anak itu pun kaget ketika melihat semua anak kelas memiliki jawabannya yang sudah jelas-jelas salahnya. Dia pun tertawa kecil diiringi rasa cemas melihat ini semua. Bisa jadi beberapa awal munculnya kelompok kepercayaan berawal dari cerita melilit dengan tema yang sama seperti itu.
Dan anak di kelas itu tidak lain adalah aku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia