Ironi Angin yang Tak Sungkan Berdamai dengan Udara

Sial. Untuk kesekian kalinya. Candu melanda hati yang menggebu dengan rindu. Anda ciptakan tulisan yang yang membuat saya berkali-kali mengumpat dalam melodi selipan pantat. Perkataan kotor selalu mengiringi setiap helai kata dalam kalimat yang usai anda tenggelamkan dalam satu kitab tak beretika ini. Ketika bulan berpacu dengan matahari untuk saling menenggelamkan, saya akan mengambil waktu yang baik untuk membodohkan diri dengan ruh anda yang merasuki rongga lapisan olahan kayu busuk ini. Terimakasih atas kerelaan anda dalam memberikan peluang untuk mengubah saya menjadi  seekor perompak terlaknat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia