Masehi Baru

Saya bukan ahli matematik. Namun, dalam waktu lebih dari satu jam, saya mengambil 1 meter/persegi dari ratusan ribu hektar total luas wilayah Kabupaten Malang. Dimulai dari sudut sempit ini, mata saya memburu luas pijaran cahaya-cahaya disela ruang kegelapan malam tanpa bantuan petromak malam; bulan dan bintang.
Karena saya bukan orang yg berilmu lebih. Saya terombang-ambing di tepi pesisir kebodohan. Memberikan tanda tanya besar pada cahaya yg berpijar hebat lebih dahulu ketimbang dentuman daripada ledakan cahaya.
Dentuman besar tersebut menyisakan kekaguman, takjub, heran dan kabut asap tebal.
Karena saya orang yang kolot modernitas, tidak paham dengan maju-mundurnya peradaban pergaulan desa. Dari sudut tempat berdiam diri saya ikut menyumbang asap hambar yang saya keluarkan melalui hembusan mulut penuh dusta dan kurang lantunan puji untuk tuhan.
Kabut tipis namun padat tersebut memberikan saya sebuah gambaran imajiniasi akan tragedi tempo dahulu ketika uni soviat meluncurkan rudal guna latihan melepaskan nuklir yang ditujukan  kepada Amerika Serikat atas permintaan Fidel Castro demi perlawan ideologi merah terhadap imperialisme A.S di Republik Kuba. Kabut asap tersebut mengkoyak indra penciuman saya. Geraknya meliuk diantara batang tanaman tebu yang merumpun tertib berbaris di lahan kebun yang dimiliki oleh pabrik tebu Kebon Agung, Kabupaten Malang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia