Sudut Pandang

Jauh sebelum fajar menyapa
Meraba puncak-puncak pegunungan dengan pijar jemari Nya (Tuhan; jesus)
Punggung bumi teraspal sudah diriuhkan dengan babi-babi bermantel besi yang sedang sibuk hilir-mudik
Berpacu saling mendahului bersama senandung panggilan subuh (ummat muslim)
Para manusia itu menuju tempat rebah yang disebut rumah.

Diantara riuh-ricuh tersebut, wanita ku sibuk menggenggam Rosario (tasbih; kristen)
Memutar, mencubit, menggulirkan bersamaan satuan nada puji Tuhan
Bersatu damai dalam simponi.

Aku; lelakinya
Terus merabanya tanpa henti
Dalam tubuh do'a
Membiarkan cicak, nyamuk, kecoa, tikus di gubuk ku cemburu dalam sahajanya kemesraan kami.
Rikuhnya kami dalam perjalanan peribadatan menjadi saingan unggul diantara pemudik yang lalu-lalang tanpa kedamaian dalam perjalanan pulang di mata Tuhan.

Kerinduan kami terhadap apa yang kami yakini sebagai “rumah”,
melebihi kerinduan mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai “rumah”.

Kita sama-sama menghabiskan waktu.
Menguras usia
Dalam keadaan diluar sadar, kita terus melakukan penghabisan ini
Dengan kebiasaan kita masing-masing.
Membiarkan sekarang menjadi masa lalu
Mensia-siakan masa depan yang tanpa sadar telah berlangsung sekarang.

Aku ingin menjadi pengembara
Bukan pemudik
Tujuan ku menemukan rumah
Bukan dengan mudah berkata pulang dan menuju tempat yang sekedar untuk merebahkan tubuh dan disebut rumah.

Biar sedikit kuceritakan perjalan pengembaraan ku.

Di tengan hutan pinus, aku menyaksikan cahya mentari meliuk-liuk mencoba menembus pepohonan yang benar-benar padat
Memaksa menembus dedaunan yang teramat rapat
Kemudian di tubuh bukit tepi pedesaan
Aku melihat air yang bebas terjun menghempas bebatuan cadas
Mengaliri perbukitan seakan sedang meraba dan menggoda 
Dan tepat diatas gunung,
Mentari memaksa langit untuk memberikan sedikit celah untuk menyentuh ujung dada gunung dengan pijarannya
Dengan baik hati, tanpa mendung, langit berikan sedikit demi sedikit celah kecil kepadanya.

Puji Tuhan
Keindahan-keindahan seperti ini tidak akan kalian dapatkan diantara
sela-sela tumpukan dinding beton kota.

Ikutlah dengan ku
Percayalah
Akan aku ajak kalian melihat dunia melalui sudut pandang yang fantastis.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia