Pagi itu ia menemukan secarik surat tanpa nama pengirim, yang ia dapati di dalam kotak pos rumahnya. Ketika di buka memang surat itu untuknya, "Untuk: Surti". Seperti yang terjadi lima bulan yang lalu. Hatinya sudah mengambang, pikirannya pun melayang-layang penuh praduga siapa pengirim surat ini. Ketika di bukanya surat itu, di bacalah olehnya. Hanya ada dua kata yang berbunyi: "Aku pulang". Seketika itu pagi menjadi hening, burung-burung gereja berhenti membuat keributan, daun tak lagi berguguran, ulat yang tadi sedang sarapan di ujung daun pohon jambu air menjadi enggan untuk melanjutkan sarapan nya. Termenung diam ia di tengah halaman belakang rumah, bermandikan sinar mentari yang sedang mencoba mengusir kabut mendung pagi itu. Ia dapati lagi ada sesuatu yang masih tertinggal di dalam amplop surat. Ternyata sehelai sapu tangan berwarna biru keabu-abuan. Ia sekarang tahu dan yakin siapa pengirimnya. Di dalam sapu tangan tersebut terselip secarik kertas kecil be