Semangka Merah

Puisi itu merah
Hidupnya didalam arang
Puisi haruslah hidup
Pastikan Ia membara
Meskipun dengan api

Sebagai penghangat di dingin malam
Sebagai pelita di gelap malam
Penikmatnya adalah orang-orang pinggiran

Ketika puisi hanya kau jadikan budak sajak cinta (nafsu) guna meluluh-lantahkan puluhan wanita

Maka,
Durjana!!
Laknat !!
Kafir!!

Keluarkan aku dari peradaban
Congkel bola-bola mata
Sobeklah daun-daun telinga
Tanggalkan kepala ini
Leher tidak lagi mampu menyanggah hal-hal naif

Puisi tidak dari sanubari
Kau susun dari bawah hati
Tersusun atas tumpu-tumpu lancip birahi

Puisi itu merah
Ketika di lantunkan hijaulah Ia
Menciptakan kesegaran, keadilan, perjuangan, keberanian, kejujuran.

Puisi itu ibaratkan semangka
Hijau di luar
Merah segar di dalam

Hadirnya dinikmati para buruh, becak, nelayan dan petani

Puisi itu do'a
Do'a adalah panjatan harapan
Harapan mutlak milik semua orang
Tidak hanya teruntuk kutu-kutu cinta
Terlebih ungkapan cinta sekedar formalitas untuk bersenggama

Harapan itu haruslah berani, teguh dan kuat
Harapan adalah merah
Maka dari itu nabi-nabi terdahulu selalu berpuisi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia