Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Catatan Kepulauan Madura

Pada langit biru kulukiskan kata-kata Melalui desir angin ku dengarkan semua kabar berita Tetapi aku hanya ingin memegangkan pena mu perempuan ku Dan mendengarkan semua keluh kesah perjuangan merawat bayi kita yang lucu Banyak mahasiswa yang orasi atas dorongan hati nurani Sebagian yang lain bercerita tentang aksi anarkis dan terbilang tidak menghasilkan sebuah solusi Namun aku sadar aku disini berdiri sendiri Tanpa dorongan seorang wanita yang selalu terbayang dalam dunia mimpi Ayah ku tidak pernah menyuruh ku untuk menuntut keadilan Dia hanya berpesan agar aku benar-benar mampu mendalami ilmu yang ku terima di tempat perjuangan Tapi apalah daya hamba sahaya Kucing-kucing Persia menyeret sadis tubuh ku dengan kekuatan ramalan Bala Dewa Aku terdiam Termenung dalan pengasingan Sejenak berdiri mencoba untuk berlari Aku terjatuh Lutut dan sikut ku terluka Bukan perih yang ku rasakan Tetapi sebuah penyesalan Akibat kegagalan dalam sebuah pelarian Egois dan emosi sudah k

Sarapan Pagi

Manusia ada karena ketiadaan, dan kembali menghilang pada musim yang bergantian. Berbeda dengan Tuhan. Dia ada karena manusia menghadirkan. Tidak ada bukti yang real akan wujudnya. Sebagian berkata Dia ada karena alam semesta. Dia ada karena rengkarnasi legenda dari cerita tetua. Dia ada karena bapa mengutusnya. Asalnya hanya manusia yang membuat kumpulan ide-ide lalu di anut sebagian orang percaya atas dasar cinta. Jika aku berkata ada ku penuhi dengan bukti wujud ku. Dilahirkan dari seorang wanita berlabel agama. Diiringi beberapa kabar untuk menguatkan argumen ku. Khalayak pun tahu akan perkataan ku, bukan atas dasar cinta atau sekedar prsangka berbusa-busa. Aku tak selamanya kamu miliki, tetapi Tuhan selamanya akan menguasai kepemilikan semua manusia. Kalau kita lihat kehidupan keluarga dengan tingkatan yang sederhana, jika memiliki beberapa pilihan makanan untuk di santap pasti mendahulukan makanan yang tidak awet karena di takutkan basi. Tetapi melupakan jasa makanan yang mamp

Mirna Amundsen

Untuk kekasih gelap ku,  Mirna Amundsen Maaf kan kepergiaan ku yang berkepanjangan ini Mungkin rasa rindu itu mulai kau tuangkan di secangkir minuman penghujung sore Kau luapkan bosan dan penat pada manusia yang kau ikat Ikat erat dengan kopi! Dendam berapi-api! Hingga berita menampilkan sesosok wajah lama yang ku kenal Mirna tersenyum,  mirna menangis Aku tertawa, dia mati tak bernyawa Sungguh kematian bukan jalan terbaik untuk menumpukan kerinduan Mirna apakah kau sadar suara apa barusan? Itu lonceng pemakaman Mayat dan kafan di pakaikan

Menguncup Mengembang Layu Gugur

Udara pagi menyesakkan hati. Menuju siang, matahari panas menyerang. Langit gelap, seharusnya mereka sudah terlelap . Tetapi tidak dengan ku. Aku terjaga di saat orang-orang berbicara dengan Tuhan mereka. Aku juga punya. Hanya saja kadang lupa merasa bahwa aku hanya dimiliki bukan seorang yang memiliki. Orang berkunjung ke pura membawa tiga batang dupa Pendeta datang menemui dewa membawa semangkuk susu penuh selera Anak setan memanggil bapak melalui nyanyian matan tarian kapak Tokoh agama memakai peci dan sorban seakan mereka siap suci jihad berkorban Orang datang menemui ketenangan batin dengan jalannya masing-masing. Apakah ada yang salah ? Mengapa milik ku yang paling benar tetapi milikmu yang paling tenar ? Mungkin kita di tipu oleh beberapa oknum yang menemukan gagasan Tuhan dan bahwasanya ini adalah hal yang baik dan itu salah satu cara menuju kebaikan. Ini seperti cerita anak sekolah yang ketika itu kelasnya mendapatkan pr lima soal fisika di salah satu lembar buku p

Kecil Kehidupan Ku

Sore ini hujan. Hanya beberapa ujung rambut yang terkena anugerah Tuhan berkat topi pemberian ibu yang ku gunakan. Teringat akan pesan orangtua; jangan hujan-hujanan, nanti kamu bisa pusing dan hidung berlendir. Pada waktu itu dengan usia yang masih belia, aku tetap nekat dan berkata-Aku sudah besar, ibu tidak perlu terlalu cemas. Aku bisa menjaga diri ssndiri dan kesehatan. Dan ternyata baru ku sadari betapa dalam rindu yang datang dari bayang kenangan yang tak mungkin bisa terulang. Seakan jika sekarang aku sedang berada di antara kedua ayah ibu, aku akan sengaja melarikan diri ke ribuan tetes hujan agar mereka mengulangi perkataannya dengan rasa cemas dan penuh kasih sayang. Sungguh aku menginginkan nya. Seperti ucapan para guru ketika mengajar di dalam sekolah; anak kecil akan selalu ingin merasa segera dewasa, dengan berbagai alasannya. Dan ketika beranjak dewasa, pasti mereka merindukan masa-masa kecilnya. Semacam hukum alam, katanya. Dan aku setuju akan pembahasan ini. Hu

Malam, Pertanda Pagi Akan Datang

Rembulan menunggu mentari, ah dingin sekali. Dimulai dengan seteguk kopi, hingga berakhir pada fajar pagi. Dahulu, pada waktu yang sama para pejuang berpikir keras akan Kemerdekaan. Hingga beberapa dari mereka berakhir dengan senyum syahid di medan pertempuran. Puluhan tahun berlalu, paku yang tertancap melupakan jerih payahnya si palu. Munculnya berita-berita tentang dibantainya para rakyat sengsara di kepulauan Bali dengan kasus " diduga ". Apakah laporan dugaan setara dengan hukuman mati dan penjara. Mengapa orang-orang di kursi legislatif, eksekutif, bahkan yudikatif yang memang telah tersebar namanya akibat terduga ini terduga itu tidak pernah di setarakan dengan hukuman penjara atau mati seperti pada jaman sebelum reformasi. Apakah orang yang melanggar memiliki hak untuk melakukan pelanggaran sesuai dengan profesi yang mereka sandang. Persoalan seperti ini pun bisa menjadi dugaan masyarakat dalam menyikapi sistem legitimasi hukum di Indonesia yang suka menduga-duga

Teh Wadul

Wanita ku. Jika senja awal dari perpisahan kita. Aku harap, fajar akan mempertemukan kita dengan ikatan janji suci nan abadi. Perjuangan kita sangat berat hingga membuat rasa frustasi yang pekat. Namun mereka berkata lain. Bukankah kita hidup  untuk menjalin persahabatan. Bukan untuk mengincar jabatan ? Kepribadian pemimpin suatu bangsa tercermin kan dari sistem perpolitikan yang dibangun dengan embel-embel dasar Negara. Ingin hati melaju ke kiri namun takut belakang ku tidak suka karena belok kiri jalan terus. Pernah mencoba memutar kemudi ke kanan, namun apa daya rambu lintas menyala merah membara. Seakan menolak kehadiran ku. Ketika berusaha mengambil keputusan untuk jalan terus dan mencoba untuk tetap berdiam di persimpangan, ternyata banyak polisi yang lalu lalang dan mencoba menahan ku, bahkan menangkap! Hingga akhirnya, aku tetap diam pada keterpurukan keadaan, mengamati perkembangan zaman. Diam. Membisu. Dan sepi. Melawan modernism. Kini kami punya rumah yang belum s

Tanah Basah Tanah Surga

Pembicaraan manusia dari ke hari semakin rancu. Membahas berbagai macam hal yang menurut ku itu tak perlu. Dibawah lumpur yang ku pijak terdapat ribuan harta benda terpendam. Ini bukan harta karun. Siapa mau yang membuang hasil keringat ayah di bawah gundukan ini. Ibu mana yang tega melihat anaknya kelaparan dan menangis keracunan. Anak siapa yang rela sekolahannya di hancurkan demi sebuah proyek keuntungan pribadi. Apakah ini yang dinamakan pembangunan jaman. Sampai rakyat kecil jadi sasaran. Buta mata ini melihat semuanya. Dungu  kuping kiri ku untuk mendengarnya. Bisu mulut mu untuk berteriak dan memaki.

Mencaci Para Kurcaci

Memang ini yang aku mau. Tidak lumrah. Tidak seperti orang kebanyakan. Tidak hanya berpengetahuan seperti kalian. Kalian ini sama dengan lintah. Tidak punya mata dan telinga. Asal amis disedot sampai habis. Dikira madumangsa. Jika sudah kenyang tidur nyenyak. Kemudian tidak keluar sampai satu tahun. "Akibatnya salah paham. Menghasilkan kesembronoan, mengikuti kitab sengsara. Mengikuti dalil tanpa hasil. Hanya menghasilkan nikmat dan rasa itu sendiri. Itu artinya sama dengan hidup tanpa mata. Matamu seperti mata bambu. Tidak berguna.

Bukan kehidupan yang aku resapi namun kematian yang tak pernah kau hargai

Semakin bertambah hari, semakin berkembang pula populasi di dunia. Tidak perlu jauh-jauh melihat ke luar negeri, Indonesia pun sudah mengeluh menanggung beban manusia yang teramat berat dirasa. Banyak manusia lalu lalang menggunakan apa yang bisa dia gunakan, tanpa berpikir panjang banyak mahluk alam yang merisaukannya. Memandang dan mengamati kehidupan adalah salah satu jalan yang ku tempuh untuk menemukan hakikat kehidupan. Bang Erros pernah melantunkan sebuah syair yang kusuka nada maupun kandungan yang tersirat dari syair tersebut; berteman dengan alam kamu akan menemukan hakikat yang sebenarnya, kegelisahan manusia . Aku merasa ini nada yang aku cari selama beberapan tahun terakhir ini. Aku pernah berkata pada nurani mencurahkan apa yang terlintas dalam hati. Begitu banyak orang yang berjalan tanpa merasakan kaki yang dia gunakan. Banyak orang yang melihat tetapi tidak mengetahui apa yang apa sedang mereka amati. Dan tidak sedikit pula manusia yang berbicara tanpa menyadari duni