Catatan Kepulauan Madura

Pada langit biru kulukiskan kata-kata
Melalui desir angin ku dengarkan semua kabar berita
Tetapi aku hanya ingin memegangkan pena mu perempuan ku
Dan mendengarkan semua keluh kesah perjuangan merawat bayi kita yang lucu

Banyak mahasiswa yang orasi atas dorongan hati nurani
Sebagian yang lain bercerita tentang aksi anarkis dan terbilang tidak menghasilkan sebuah solusi
Namun aku sadar aku disini berdiri sendiri
Tanpa dorongan seorang wanita yang selalu terbayang dalam dunia mimpi

Ayah ku tidak pernah menyuruh ku untuk menuntut keadilan
Dia hanya berpesan agar aku benar-benar mampu mendalami ilmu yang ku terima di tempat perjuangan
Tapi apalah daya hamba sahaya
Kucing-kucing Persia menyeret sadis tubuh ku dengan kekuatan ramalan Bala Dewa

Aku terdiam
Termenung dalan pengasingan
Sejenak berdiri mencoba untuk berlari
Aku terjatuh
Lutut dan sikut ku terluka
Bukan perih yang ku rasakan
Tetapi sebuah penyesalan
Akibat kegagalan dalam sebuah pelarian

Egois dan emosi sudah ku pendam dalam-dalam di pemakaman orang cina
Tetapi para penjarah mengeluarkannya secara cerdik dan licik
Tersungkur tubuh ini di atas tanah merah penuh lintah
Hanya menyaksikan mereka tertawa di iringi meriah nyanyian pesta

Berikan aku sorban lusuh penuh debu
Lemparkan pedang yang kau pampang sehabis pertempuran
Pinjamkan kuda barduis yang buta sebelah matanya
Lihatlah saudara ku
Kalian akan menyaksikan seorang pemuda bertekad dengan semangat membara
Petuah singa tak perlu teriak singa akan terbukti tiga windu lagi
Aku akan mati membawa bendara kebenaran Ilahi
Pulang bersama kenangan
Kulit melepuh
Terjaga atas mantra para sesepuh


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia