Sarapan Pagi

Manusia ada karena ketiadaan, dan kembali menghilang pada musim yang bergantian.
Berbeda dengan Tuhan. Dia ada karena manusia menghadirkan. Tidak ada bukti yang real akan wujudnya. Sebagian berkata Dia ada karena alam semesta. Dia ada karena rengkarnasi legenda dari cerita tetua. Dia ada karena bapa mengutusnya. Asalnya hanya manusia yang membuat kumpulan ide-ide lalu di anut sebagian orang percaya atas dasar cinta.
Jika aku berkata ada ku penuhi dengan bukti wujud ku. Dilahirkan dari seorang wanita berlabel agama. Diiringi beberapa kabar untuk menguatkan argumen ku. Khalayak pun tahu akan perkataan ku, bukan atas dasar cinta atau sekedar prsangka berbusa-busa.
Aku tak selamanya kamu miliki, tetapi Tuhan selamanya akan menguasai kepemilikan semua manusia. Kalau kita lihat kehidupan keluarga dengan tingkatan yang sederhana, jika memiliki beberapa pilihan makanan untuk di santap pasti mendahulukan makanan yang tidak awet karena di takutkan basi. Tetapi melupakan jasa makanan yang mampu bertahan lebih lama, karena mereka berpikir mereka punya memiliku tetapi tidak sepenuhnya. Dan jika di naikkan tingkatan menuju menengah atas maka mereka akan menyantap yang mereka suka lalu yang basi di buang kemudian membeli yang baru lagi. Karena mereka berpikir bisa memiliki hak penuh dengan harta.
Latar belakang dari analogi di atas menyangkut tentang harta paling berharga, yaitu keyakinan dan kepercayaan.
Kita yakin tetapi tidak terlalu percaya maka akan jadi seperti menengah ke atas. Namun jika kita percaya tetapi tidak yakin maka akan menjadi golongan yang sederhana.
Keseimbangan itu perlu agar tidak terjadi kesinambungan. Percaya dan yakin harus berjalan seiringan berbagi hasil.
Hasil yang kamu peroleh dari keyakinan adalah mulai bisa mempercayai bahwa ada dan tiada adalah kuasa penuh dari Tuhan. Hasil yang kamu peroleh dari percaya adalah mampu menyakini segala aturan yang telah di tetapkan. Dan mampu berasumsi bahwa menaati peraturan berakhir mendapat kebahagian.
Yang di khawatirkan adalah kita sudah melupakan kedua aspek tersebut.
Atau istilah lainnya kepala dan dada itu beriringan untuk mengendalikan perut. Dimana kepala mampu memutuskan kebijaksanaan dan dada adalah awal dari segala kehendan. Mereka beriringan untuk menahan perut supaya menghasilkan kedisiplinan kehidupan bersosial ke sesama dan berbagi sifat mahluk lainnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia