Teh Wadul

Wanita ku. Jika senja awal dari perpisahan kita. Aku harap, fajar akan mempertemukan kita dengan ikatan janji suci nan abadi.

Perjuangan kita sangat berat hingga membuat rasa frustasi yang pekat. Namun mereka berkata lain. Bukankah kita hidup  untuk menjalin persahabatan. Bukan untuk mengincar jabatan ?

Kepribadian pemimpin suatu bangsa tercermin kan dari sistem perpolitikan yang dibangun dengan embel-embel dasar Negara.

Ingin hati melaju ke kiri namun takut belakang ku tidak suka karena belok kiri jalan terus.
Pernah mencoba memutar kemudi ke kanan, namun apa daya rambu lintas menyala merah membara. Seakan menolak kehadiran ku.
Ketika berusaha mengambil keputusan untuk jalan terus dan mencoba untuk tetap berdiam di persimpangan, ternyata banyak polisi yang lalu lalang dan mencoba menahan ku, bahkan menangkap!
Hingga akhirnya, aku tetap diam pada keterpurukan keadaan, mengamati perkembangan zaman.
Diam.
Membisu.
Dan sepi.
Melawan modernism.

Kini kami punya rumah yang belum selesai dicat dan tampak aneh.
Rumah yang mengumumkan pada dunia bahwa orang-orang di dalamnya ingin memperbaikinya, tetapi tidak punya daya untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Jangan takut mati, jangan takut akan peraturan.
Hiduplah bebas dalam satu wadah ketauhidan !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menguncup Mengembang Layu Gugur

SAYA

Hilangnya Kabut Manusia